Langit mulai menggelap, kampus masih nampak hidup karena kelas malam akan dimulai. Ava berjalan bersama Isaiah dan Caspian menuju lantai gedung C paling atas, letak 'markas' alias ruangan himpunan berada. Ava tidak pulang ke apartemennya sejak tadi pagi. Ia menghabiskan harinya di kampus hingga menunggu rapat tiba. Hal itu yang sedikit disesali Ava karena sekarang dirinya sangat lelah dan wajahnya sudah tidak secerah tadi.
"Woi!"
Ava, Isaiah, dan Caspian menoleh. Ada Katja, Gege, Karen, dan Renner di belakang ketiganya, baru saja tiba di gedung C. Ava melambaikan tangannya lesu, menyapa teman-temannya.
"Lemes amat," celetuk Gege sambil merangkul Ava.
"Is this because of the A word?" tanya Katja. Ava menggeleng. "Oh kirain," balas Katja lagi.
Ava memutar bola matanya malas. "Gue nggak melulu soal Kak Asa ya!" protes Ava sambil sedikit berbisik saat menyebut nama Asa. Katja terkekeh.
"Iya deh, maaf tuan putri," balas Katja setengah meledek.
Karen, Renner, Isaiah, dan Caspian yang menyimak hanya menggeleng. Mereka akhirnya berjalan bersama menuju ruang himpunan.
"Nyet beneran udah dateng aja lo!" ucap Renner saat melihat Albion sedang duduk di lantai dan bersandar pada dinding ruangan, sambil memegang ponselnya yang sedang di-charge.
"Dari tadi gue di sini. Di luar panas banget. Ya udah gue nongkrong di sini. Tuh bareng sama Bang Warren," ucap Albion sambil menunjuk Warren yang sedang tertidur di atas tikar.
Ava menoleh menatap Warren, kemudian mendekat ke arah kakak tingkatnya itu dan berjongkok di hadap Warren sambil melambaikan tangannya. "Beneran tidur ya?" gumam Ava pelan sambil masih melambaikan tangannya.
"Dari tadi nggak bangun-bangun anjir. Gue sampe ke toilet udah dua kali, terus ngambil makanan gue, sampe makanan gue abis, si Bang Warren gak bangun-bangun. Entah kaya bayi tidur atau kaya orang pingsan dah," balas Albion sambil menggeleng.
Katja duduk di lantai, menyandarkan tubuhnya ke tembok dan meluruskan kakinya. "Ko Warren emang gitu kalau tidur. Mau ada gempa juga dia gak bangun kalau bukan suara maminya yang teriak," ucap Katja membuat yang lain terkekeh.
"Lucu juga ya kakak sepupu lo, Kat? Kaya bayi!" balas Ava masih dengan posisi yang sama.
"Emang lucu Ko Warren. Mending lo sama dia-"
"Assalamualaikum, Shalom, Om Swastiastu, salam sejahtera!"
Ucapan Katja terpotong saat pintu ruangan himpunan terbuka lebar. Yudi berjalan masuk ke dalam diikuti Trevor, Dimitri, Andrew, Juna, Mason, Archer, MJ, Lizzie, Selene, dan Pascal.
MJ, Selene, dan Lizzie langsung duduk di sebelah Katja, Gege, dan Karen, sedangkan Pascal mendekati Isaiah, Caspian, dan Albion. Ava tersenyum lebar menatap yang baru datang sambil melambaikan tangannya.
"Halooo!" sapa Ava.
"Widih, Ava!" balas Yudi sambil mendekati Ava, namun mendadak berhenti saat menyadari bahwa gadis itu berjongkok di hadapan Warren yang masih terlelap.
"ECIEEEE, AVA NAKSIR WARREN YA??" seru Yudi sambil tersenyum lebar.
Mata Ava membulat kaget. "ENGGAK!"
"Kalau enggak, kok si Warren bobo malah diliatin sih? Naksir ya lo?!" ejek Yudi lagi.
"ENGGAK KAK SUMPAH!" ucap Ava panik lalu berdiri dari posisinya.
"Iya juga gapapa kok, Va! Si Warren jomblo!" balas Yudi kalem namun masih menatap Ava dengan seringai jahilnya.
"IH ENGGAK!!" bantah Ava yang kemudian berjalan menghampiri teman-temannya dengan bibir mengerucut.
"Yud, anak orang jangan lo kerjain ngapa sih," ucap Trevor sambil menggeleng heran. Yudi hanya tertawa.
"Biarin aja Kak Trevor, biasanya abis itu orangnya kena instant karma," celetuk Gege. Yudi menatap Gege sambil menggulung lengannya.
"Eh maba wibu, elu diem deh!" balas Yudi bercanda. Raut wajah Gege langsung berubah dan matanya melotot.
"ELU JUGA WIBU!" balas Gege sambil menunjuk sepupunya itu.
"Ssstttt! Sesama wibu kita harus akur!" timpal Andrew yang berdiri di tengah-tengah Gege dan Yudi.
Pintu ruangan hima kembali terbuka. Kali ini ada Jennifer, Felicia, Jocelyn, dan Shabiel yang datang masuk.
"Wah, wibu yang itu datengnya langsung sama cewek-cewek cakep. Modus ya lu!" kata Yudi sambil menunjuk Shabiel, adik sepupunya juga.
"Wiba wibu, wiba wibu, berisik lo pada. Bayar kas!" balas Jocelyn sambil berkacak pinggang.
Ucapan gadis itu menimbulkan reaksi dari yang lain.
"Gak usah protes, sadar diri aja ini mau proker pertama, kita tuh butuh DUIT!" balas Jocelyn sambil membuka buku kas himpunan lalu menghampiri teman-temannya.
"Kak Jo, lo kalau begini mirip si MJ, kalau ngomongin duit semangat banget," celetuk Renner sambil menunjuk MJ.
"Duit emang bawa semangat, ya kan Je?" tanya Jocelyn sambil menoleh ke arah MJ yang tertawa renyah. "Setuju kak!" balas MJ.
Trevor berdiri sambil menatap semuanya. "Yang belom dateng si Kento sama Teo ya? Cher, telfon Kento sama Teo coba," kata Trevor kepada Archer.
"Bang Asa juga," celetuk Mason mengingatkan.
"Oh iya, Asa!"
Mendengar nama Asa, Ava langsung memasang telinganya dalam posisi super aktif. Tubuh gadis itu langsung sedikit tegak dan menoleh ke arah Mason.
"Si Asa beneran udah dua taun ya sama Franny? Nggak kerasa," ucap Felicia membuka obrolan.
Jocelyn duduk di sebelah Felicia sambil mengangguk. "Beneran nggak kerasa ya? Kayanya baru kemaren si Asa minta saran cara nembak cewek ke gue," balas Jocelyn sambil terkekeh.
"Bener banget! Bagus sih mereka langgeng," celetuk Jennifer.
"Pengen juga ih pacaran langgeng, lucu, kaya Asa sama Franny!" keluh Jocelyn.
"Yuk Jo, sama gue!" celetuk Yudi sambil tersenyum miring. Jocelyn mendongak menatap Yudi yang berdiri.
"Skip. Gue lempar ke Jennifer," balas Jocelyn dengan wajah datar.
"Nggak deh, thank you. Coba Felicia," ucap Jennifer cepat sambil menggeleng. Felicia melotot. "OGAH!" seru Felicia.
"Kampret lo pada!" sungut Yudi membuat ketiga perempuan itu tertawa.
"Eh tapi, Bang Asa tuh kalau diliat-liat bucin juga ya? Gue sering banget liat insta story-nya Bang Asa, isinya ceweknya mulu," sahut Andrew.
Jennifer mengangguk. "Asa emang bucin kan, Kal?" tanya Jennifer sambil menoleh menatap Pascal.
"Eh? Iya, Bang Asa kalau bucin emang gitu," jawab Pascal.
"Tapi level bucinnya Asa nggak kaya Yudi deng! Yudi kalau bucin parah lagi," celetuk Dimitri ikutan masuk ke dalam pembicaraan.
"Lah kok gue?" tanya Yudi bingung.
"Ya lo lah yang paling bucin! Lo lupa taun lalu lo sering ngaret sama absen rapat gara-gara pacaran?" balas Dimitri. Yudi langsung cengengesan dan menggaruk tengkuknya.
"Udah sering absen rapat demi ceweknya, abis itu lo juga dulu sering banget ngejokiin tugas cewek lo sampe sering nggak ikut nongkrong! Pake acara minta diajarin lettering aesthetic lagi sama gue!" celetuk Felicia mengekspos Yudi.
Wajah Yudi memerah malu. "Anjeng, kok jadi gue yang diledek!"
"Tapi Yudi mending. Si Asa punya banyak kamera, isi rollnya foto ceweknya semua. Terus di mobilnya doi ada barang-barang kebutuhan cewek khusus buat Franny, sampe selimut dari brand kesukaan ceweknya juga ada di mobil dia. Trus in case lo lupa, Asa sampe punya satu mobil khusus yang cuma boleh ditumpangin si Franny doang."
Teo yang baru datang langsung ikutan masuk ke dalam pembicaraan itu, berhasil membuat semua orang terkejut. Di belakangnya, ada Kento yang tersenyum lebar.
Mendengar ucapan Teo yang baru datang itu, membuat mata Ava dan yang lain membulat.
"Anjing, Kak Asa bucin banget!" bisik Ava gemas di telinga MJ yang duduk di sebelahnya.
"Ya kan, Kal?" tanya Teo sambil duduk di sebelah Archer.
Pascal yang ditanyai oleh Teo langsung tertawa dan mengangguk. "Iya sih."
"Anjir, Asa bucin banget?!" seru Jocelyn heboh.
"Ya pantes yang naksir doi banyak!" lanjut Jocelyn lagi membuat Teo tertawa.
Teo mengangguk. "Nih jangan-jangan para bocah ini ada yang naksir Asa?" tanya Teo sambil menunjuk ke arah Ava dan teman-temannya yang duduk berjejeran.
Mata Ava otomatis membulat, namun gadis itu tidak bersuara hanya menoleh ke arah MJ dengan tatapan panik. MJ menggeleng saja lalu menimpali ucapan Teo santai, "Kak Asa kebetulan not my type sih, kak."
Teo menatap MJ lalu melirik ke arah Ava yang duduk di sebelah MJ. Laki-laki itu terkekeh dan mengangguk.
"Kalau Ava?"
Pertanyaan yang keluar dari bibir kakak tingkatnya Ava itu berhasil membuat Ava tersentak kaget.
"Hah? Gue?" tanya Ava sambil menunjuk dirinya sendiri.
Teo mengangguk. Yang lain menatap Ava, menunggu jawaban gadis itu.
"N-nggak! Hahahaha, aduh gue nggak kepikiran naksir orang sih kak," balas Ava sambil tersenyum kaku.
Teo menaikkan alisnya dan menatap Ava selama lima detik sebelum akhirnya kepala laki-laki itu mengangguk. "Oh gituuu..." ucap Teo.
"Udahan dulu gibahnya. Yok mulai!"
Trevor menyudahi sesi gossip itu dengan memulai rapat.
"Kemaren tuh sebenernya ketua kaprodi kita minta tambahin lomba news anchor, tapi gue belom berani iyain, soalnya studio NCU juga kan pasti dipake sama anak ilkom kalau lagi festival gini... Gue masih belom tau, bisa dapet slot apa enggak. Menurut kalian gimana?" ucap Trevor yang sedang berdiri di depan papan tulis yang sudah terisi berbagai macam tulisan.
Tok! Tok! Tok!
Saat yang lain sedang berpikir untuk menanggapi ucapan Trevor, pintu ruangan himpunan terketuk dan terbuka, menampilkan Asa yang datang dengan senyuman lebar dan kantong berwarna putih di tangannya.
"Sorry telat," balas Asa sambil berjalan ke arah Teo dan duduk di sebelahnya.
Ava yang melihat Asa baru datang, langsung menegakkan tubuhnya, kemudian mata gadis itu sedikit membulat lebar saat menyadari bahwa Asa duduk tepat di seberang gadis itu.
"Hai," sapa Asa melambaikan tangannya saat menyadari Ava duduk di seberangnya, dan sedang menatap ke arahnya.
Ava yang disapa Asa itu mendadak terdiam kaku selama beberapa detik sebelum akhirnya tersenyum manis, membalas sapaan cowok itu.
Teo yang diam-diam memperhatikan interaksi keduanya hanya terkekeh dengan matanya yang menatap Ava.
"Jadi gimana?" tanya Trevor lagi kepada teman-temannya, membuat Ava langsung menoleh dan menatap ke arah Trevor, kembali fokus pada rapat, walau nyatanya bibir gadis itu sedikit tersenyum malu.
"Kalau menurut gue jangan ambil news anchor sih, Trev. Lo lupa kita aja kekurangan orang? Si Yemima sama Sharon kan keluar, fokus ke BEM. Kalau nambah apa lo nggak takut keteteran? Ini aja kalau mau dipikir, tiga lomba pasti masih kurang," balas Warren bersuara.
Sebelum rapat dimulai, untungnya Warren berhasil dibangunkan oleh Katja dan Mason, sepupu Warren itu.
"Iya bener. Ini gue habis bikin susunan kasarnya, kita kekurangan dua orang malah," celetuk Felicia sambil menyerahkan buku catatannya.
"Kalau emang Sir Gibson minta news anchor, mending news anchor dibuat ntar aja, buat proker lain. Kita kan masih ada proker di World Cultural Festival bareng BEM kan?" ucap Jennifer, yang lain mengangguk.
"Iya sih. Ya udah gitu aja apa ya?" ucap Trevor sambil menyerahkan kembali buku catatan milik Felicia.
"By the way, susunan panitianya gimana?" tanya Archer.
Trevor tersenyum lebar. "Yang itu, ntar gue aja. Langsung gue kasih tau ke kalian nanti kalau udah gue susun," balas Trevor yang langsung menimbulkan keluhan dari yang lain.
"GUE GAK MAU BENDAHARA PLIS, PLIS PLIS! GUE MAU MUNTAH NGURUSIN UANG ORANG MULU!" seru Jocelyn sambil menatap Trevor dengan kedua tangannya ia satukan.
Trevor tertawa saja.
"Oke, kayanya udah dulu deh. Udah jam malem. Segini dulu guys rapatnya!" kata Trevor mengabaikan Jocelyn.
Setelah itu semua orang langsung membereskan barang masing-masing dan satu-satu keluar dari ruangan. Selene merangkul Ava, menunggu yang lain keluar terlebih dahulu.
"CUY! Gimana cuy?"
Ava dan Selene saling melirik saat mendengar suara Yudi di belakang keduanya berseru heboh entah kepada siapa.
"Lo hadiahin apa si nyonya Franny?"
Selene melirik Ava saat mendengar suara Yudi lagi yang jelas-jelas bertanya kepada Asa.
"Kepo amat lo, Yud!" celetuk Archer.
"Kepo lah! Buset, pasangan akbar satu kampus Neo nih anjir!"
Terdengar suara Asa yang hanya menanggapi ucapan Yudi.
Selene dan Ave berjalan dengan tempo pelan, berusaha menyimak percakapan kakak tingkat keduanya yang berjalan di belakang mereka.
"I bought her a necklace, the one that she wanted from Bvlgari," jawab Asa.
Jawaban Asa itu berhasil membuat mata Selene dan Ava melotot kaget. Kedua perempuan itu kembali berpandangan.
"How was her reaction?" tanya Archer.
"Happy, of course. Buket bunga yang lo saranin juga dia suka banget, Cher. Tapi tadi Franny agak ngambek pas gue bilang harus buru-buru buat rapat," balas Asa disusul tawa di akhir kalimatnya.
"Kalung mulu, gak bosen? Cincin, kapan cincin?!" balas Trevor dengan nada meledek, berhasil menimbulkan tawa untuk yang lain.
Raut wajah Ava berubah saat mendengar ucapan Trevor yang itu. Selene melirik sahabatnya kemudian memutuskan untuk menarik tangan Ava cepat-cepat untuk menjauhi para laki-laki di belakang mereka.
"Dah nyet, gak usah didengerin!" ucap Selene sambil mendorong Ava agar berjalan di depannya, menyusul yang lain.
Ava hanya mengangguk dan diam. Aduh, perasaan Ava bercampur aduk.
Karen yang tidak sengaja tersenggol oleh tas Ava yang mengayun, langsung menoleh ke belakang dan keningnya berkerut saat melihat Ava hanya terdiam.
"Lo kenapa Va?" tanya Karen.
"Nggak, ntar aja," balas Selene cepat sambil memberikan kode kepada Karen untuk menutup mulutnya. Karen yang melihat itu membulatkan mulutnya dan langsung merangkul Ava.
"Guysssss! Makan bareng yok!" celetuk Karen kepada teman-temannya yang lain yang berjalan di depan.
"EH YOK!" balas MJ semangat.